Rabu, 27 Mei 2009

Griya Malang Satelit Ae


" Different isn't always better, but the best is always different " Berbeda tidak selalu lebih baik, tetapi yang terbaik itu sudah pasti berbeda.....John Sifonis


Setelah kujalani kehidupanku selama kurang lebih dua tahun di kota Malang bagaikan seorang raja kecil waktu itu....aku mulai kembali mencari terobosan untuk mengembangkan sayap bisnisku......Dapat!!!!!!!!!!!.

Aku mempunyai ide untuk bisa memasarkan kartu telepon pertama kali di kota Malang dan setelah aku kontak distributor nya ternyata ada di Surabaya. Setelah hunting ke kota buaya tersebut aku mendapatkan informasi yang sangat aku perlukan untuk menjadi agen.

Sementara survey pasar aku lakukan aku mengajak agen yang sudah buka duluan di daerah citandui malang untuk bekerjasama dalam penetrasi pasar tersebut. Alhasil Aku bekerjasama dengan agen yang sudah exit duluan dengan sistem pembayaran diberi TOP dua minggu. Pola pemasaranku langsung ke terminal bis, angkot, stasiun KA, Hotel,Supermarket,Mall dan semua tempat pedagan kaki lima aku hunting dan aku ajak kerjasama dengan pola Konsinyasi....busyet dech....apa nggak takut dibawa lari?!!!!!

Ternyata komitment pedagang kecilpun sangat baik dan tidak punya sifat jelek...walau hanya aku titipin satu kios rata-rata 10 kartu telepon saja tetap aman dan terbayar LUNAS.


Suatu saat aku di telpon oleh distributor nya yang mengatakan : 'kalau kamu ingin duit ini saatnya cari duit karena harga kartu telepon besok akan naik'.

Tanpa banyak komentar lagi aku langsung susun strategi untuk mengantisipasi kenaikan harga tersebut. Mula-mula aku belanja seluruh persediaan kartu telepon di luar sub agenku sampai-sampai aku pinjam uang ke beberapa teman kuliahku dengan bunga 10% sebulan untuk berjaga-jaga kalau kurang dan aku hunting ke seluruh tempat sub agenku untuk mengambil kartu yang belum laku dengan alasan mau dirolling. Proses hunting dari sore hari hingga tengah malam untuk menarik semua kartu yang sudah di titipkan yang belum laku dan akhirnya ter-kumpul-lah satu box penuh dengan kartu telepon. Aku belum tahu setelah ini bagaimana , harga naik juga tidak tahu berapa naiknya !? trus nanti menghadapi sub agen nya lagi harus ngomong apa...juga nggak kepikir. Semalaman aku tidak bisa tidur karena kepikiran ini terus....sambil menunggu esok hari tiba...aku iseng mulai menghitung jumlah kartu telepon yang berhasil aku tarik kembali dan ternyata semuanya berjumlah 711 buah kartu dengan berbagai jenis voucher mulai harga lima ribu rupiah hingga duabelas ribu rupiah dan jika ditotal semuanya senilai tujuh juta lima ratus ribu rupiah, sementara aku dapat pinjaman dari beberapa teman terkumpul dua juta lima ratus ribu rupiah dan sudah dibelanjakan semuanya.


Saat pagi sudah tiba dan seperti biasanya tiap pagi aku selalu sarapan roti plus meses dan secangkir teh manis sambil membaca koran pagi ini untuk meng-update informasi dan teknologi.

Kurang lebih limabelas menit kemudian disaat baca koran di halaman sembilan ...tiba tiba terperanjatlah aku melihat tulisan mengenai berita "harga kartu telepon naik 70%". Tiba-tiba tanpa sadar aku berjingkrak kegirangan dan melompat dari tempat duduk di teras rumah sampai sajian sarapan roti dan teh manis tumpah di lantai. Tanpa kupedulikan lagi segera aku berkemas untuk bekerja dan bersiap untuk 'perang melawan sub agen'.....nantinya he.he.he....

Malam hari selepas kegiatan rutinitasku aku mulai menyusun strategi untuk memasarkan kartu telepon lagi ke sub agenku dengan strategi tunggu kartu telepon kosong di pasaran sambil berpikir langkah selanjutnya.


Hampir seminggu aku tidak hunting ke sub agen dan setelah itu baru aku mulai penetrasi pasar lagi dengan daftar harga yang sudah baru lagi. Pertama-tama ada beberapa agen yang merasa dibohongi dengan cara seperti ini karena tidak diberitahu kalo ada kenaikan harga....setelah aku beri alasan yang masuk akal bahwa aku juga hanya karyawan yang hanya menjalankan tugasnya...tidak bisa berbuat apa-apa juga , semua sub agenku bisa memahami lagipula sub agenku juga tidak secara langsung dirugikan karena sistem konsinyasi tersebut......( dasar orang marketing omongnya pinter ...dalam hati ). Setelah sepakat aku distribusikan kembali kartu telepon tersebut ke sub agenku dan seperti biasa mereka menjual dengan pricelist yang baru. Awalnya memang agak tersendat penjualannya karena kenaikan harga itu...lambat laun dan animo pemakaian kartu telepon itu sangat penting maka terjual juga akhirnya dalam waktu satu bulan.


Akhirnya lega dech...setelah aku lakukan stock opname dan diaudit oleh KAP "Sendiri" karena aku juga ada mata kuliah auditing dengan hasil WTS "Wajar Tanpa Syarat" dan berhasil membukukan laba bersih dari hasil perputaran kartu telepon itu sebesar delapan juta lima ratus ribu rupiah. Angka fantastis, luarbiasa dan bombastis menurutku hanya dalam tempo tiga bulan aku bisa mendapatkan uang sejumlah itu. Tanpa pikir panjang keuntungan tersebut langsung aku jadikan down payment untuk pembelian sebuah rumah pertamaku di perumahan Griya Malang Satelit di jalan Danau Sentani sebagai Assets Investasi untuk masa depan.

Luapan Bahagia rasanya waktu itu bisa memiliki rumah sendiri di umur 23 tahun dan bersiap untuk menata kehidupan yang lebih baik lagi.


Sampai akhirnya empat tahun sudah aku menetap di kota Malang ini dan bersamaan itu pula selesai sudah kuliahku dan bersiap untuk Wisuda Sarjana Ekonomi Akuntansi dengan masuk" the best ten cum laude". Selesai Wisuda aku tetap menjalankan kegiatan sehari-hari sebagai seorang marketing di empat perusahaan tanpa diketahui oleh masing-masing atasanku dan sekaligus mencoba meniti karier sebagai wirausaha muda.


Terima kasih Tuhan, kedua orang tuaku, kakak dan adikku serta teman-temanku yang selama ini selalu mensupport aku untuk menjadi lebih Dewasa dan MANDIRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar