Selasa, 09 Juni 2009

Ikan Bakar Muara Angke Rasa Jimbaran




Ikan Bakar Muara Angke Rasa Jimbaran

KOMPAS/PRIYAMBODO
Menu ikan bakar yang lezat
/
Rabu, 3 Juni 2009 16:42 WIB
BEGITU memasuki kawasan tempat penjualan ikan bakar Muara Angke, Pluit, Jakarta Utara, serasa berada di Pantai Jimbaran, Bali. Bila pengunjung memilih warung ikan bakar di posisi paling utara dermaga, mereka bisa menyaksikan pemandangan kelap-kelip lampu kapal atau bagan di malam hari. Bedanya, kalau di Jimbaran pengunjung bisa menyaksikan ke indahan bukit Uluwatu di tengah lautan, di Muara Angke orang tidak bisa melihat Kepulauan Seribu pada malam hari."Kalau mau memandang keindahan Kepulauan Seribu dari dermaga ini hanya bisa pada siang hari," kata Komar, tukang ojek yang biasa mengantar penumpang ke Muara Angke.Tak berbeda dengan pantai Jimbaran, di Muara Angke pengunjung juga dihibur pemusik jalanan. Sambil menikmati lezatnya cita rasa ikan baronang bakar, cumi, udang, dan kepiting, pengunjung juga bisa meneguk es kelapa muda, untuk menyejukkan kerongkongan.Ikan bakar Muara Angke dari segi cara memasak dan penataan tempat memang memiliki banyak kesamaan dengan ikan bakar di Pantai Jimbaran karena sebagian pedagang Muara Angke pernah berguru ke Jimbaran. "Saya salah satu yang pernah belajar ke Jimbaran Bali, pada tahun 1999," kata Hj Leha (45), salah seorang pemilik warung.Leha yang asli Jawa Tengah, bersama beberapa pemilik warung ikan bakar lainnya, dibiayai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pendaratan Ikan (PKPPPI) Muara Angke untuk belajar ke Jimbaran. Selama hampir sebulan di sana, mereka kembali ke Muara Angke dan mengelola usaha ikan bakar. Mereka yang pulang dari Jimbaran inilah yang menjadi pelopor berdirinya 29 warung ikan bakar di Muara Angke. Naman tempat makan ini kemudian bergema di Jakarta. Aneka jenis ikan bakar tersedia. "Ikan baronang paling banyak pemesannya. Harganya satu porsi bisa mencapai Rp 55.000," kata Leha.Menurut Leha, tempat makan ini ramai pengunjung pada malam hari di hari libur dan akhir pekan. "Kalau di hari-hari biasa agak sepi. Begitu pula pada siang hari," katanya. Eva Eliza (33), pemilik warung lain, menuturkan, kalau di siang hari pelanggan ikan bakar biasanya dari kalangan karyawan kantor. "Yang makan di sini umumnya karyawan bank, telkom, dan perusahaan-perusahaan besar," kata Eva yang membuka warungnya hingga pukul 03.00. Di akhir pekan, penghasilannya bisa mencapai Rp 3 juta per hari dan pada hari biasa hanya sekitar Rp 500.000. Di Muara Angke, ikan bawal dijual Rp 35.000 per kg, baronang Rp 60.000, kakap Rp 50.000, cumi Rp 35.000, dan kepiting Rp 50.000per kg.Untuk menjangkau Muara Angke sesungguhnya tidak sulit. Kawasan pemukiman nelayan tradisional itu hanya sekitar 7 km dari Kota Tua. Angkutan umum ke sana beroperasi hampir 24 jam. Dari stasiun kota, orang bisa naik bus metromini nomor 30.Hanya saja pada malam-malam di akhir pekan, kawasan pelabuhan Muara itu sering macet. Mobil-mobil hanya bisa beringsut bak keong di antara ojek, bus, bemo, becak, dan lalu lalang pengunjung. Kemacetan sudah terjadi mulai dari Pasar Muara Angke yang siang malam ramai dibanjiri pengunjung. Soal lain, kawasan Muara Angke bukanlah tempat yang cukup bersih. "Kalau warung ikan bakar memang bersih, namun di luar sana agak kotor, air tergenang, dan menimbulkan bau kurang sedap," kata Asrori, seorang pengujung. Air pasang (rob) menjadi masalah yang tidak terselesaikan di kawasan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar